Konsep Disiplin Positif dan Motivasi


 2.2: Konsep Disiplin Positif dan Motivasi


tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. semua guru semua murid bisa saling belajar, yang saling merasa terikat dan terhubungkan satu sama lain; karena mengambil tanggung jawab untuk pembelajarannya, senantiasa selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Itulah tujuan dari disiplin diri. Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 alasan motivasi perilaku manusia: 1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman 2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. 3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya

Tugas 2.2 (1)
guru pembelajar menjadikan pengalaman menanamkan pembelajaran sepanjang hayat pada diri sehingga bisa mengimbas pada siswa dengan tergerak bergerak dan menggerakan. kemudian meningkatkan pengembangan diri mengikuti guru penggerak membuka cakrawala menuntun siswa mencapai kebahagiaan dan keselamatan memotivasi mewujudkan budaya positif dalam merdeka belajar mewujudkan pelajar pancasila.

Tugas 2.2 (2)
ingin menjadi orang yang menghargai waktu, menghargai diri sendiri sebagai teladan bagi murid-murid karena percaya, tindakan sebagai guru akan dicontoh oleh murid-murid Anda (menghargai nilai-nilai diri sendiri).

Tugas 2.2 (3)
tiga amalan yang tetap mengalir walau telah tutup usia adalah anak sholeh, amal jariah dan ilmu yang bermanfaat, menjadi motivasi sebagai seorang guru berusaha tepat waktu dalam bertugas sebagai pendidik dan pengajar

Tugas 2.2 (4)
tepat waktu karena keinginan sekolah dan takut dihukum dan ingin mencapai nilai terbaik diri semoga kedepan meningkat menjadi kesadaran merdeka belajar kesadaran akan belajar sebagai hak dalam meningkatkan pengetahuan serta mencapai keselamatan dan kebahagian dirinya.

ugas 2.2 (5)
peningkatan kesadaran bahwa belajar merupakan hak sehingga siswa memiliki motivasi dalam meraih haknya memperoleh pengetahuan, bukan merasa berat karena kesalahan persepsi belajar sebagai kewajiban. hasilnya sangat positip meningkatkan motivasi belajar akan tetapi masih perlu sosialisasi dan upaya peningkatan perlahan-lahan

Tugas 2.2 (6)
Nilai-nilai kebajikan yang berusaha tanamkan pada murid-murid di kelas dan sekolah Anda? kebajikan spiritual dan sosial 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kre


Bagaimana cara membuat murid disiplin? Siapakah yang bisa mendisiplinkan
murid? Apakah guru yang bisa mendisiplinkan murid? Atau Kepala Sekolah? Atau
orangtua murid? Atau murid itu sendiri? Mengapa?

Makna Kata Disiplin
Ketika mendengar kata “disiplin”, apa yang terbayang di benak Anda? Apa
yang terlintas di pikiran Anda? Kebanyakan orang akan menghubungkan kata
disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Kata
“disiplin” juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh
berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi
hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau perlu tidak
digunakan sama sekali.
Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang
dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita
cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan.
Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa
“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat.
Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang
mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab
jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa
lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di
dalam suasana yang merdeka.
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap
Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)
Disitu Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam
konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka,
syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud
adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki
motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita
atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita
sendiri.
Adapun definisi kata ‘merdeka’ menurut Ki Hajar adalah:
mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat
kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya
terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri
sendiri)
Pemikiran Ki Hajar ini sejalan dengan pandangan Diane Gossen dalam
bukunya Restructuring School Discipline, 2001. Diane menyatakan bahwa arti
dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’.
Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’
atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang
harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau
ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik,
bukan ekstrinsik.
Diane juga menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi
dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato. Disiplin diri dapat
membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan,
sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga
mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana
menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang
kita hargai. 
Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa
bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka
mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. Dalam
hal ini Ki Hajar menyatakan;
“...pertanggungjawaban atau verantwoordelijkheld itulah selalu
menjadi sisihannya hak atau kewajiban dari seseorang yang pegang
kekuasaan atau pimpinan dalam umumnya. Adapun artinya tidak
lain ialah orang tadi harus mempertanggungjawabkan dirinya serta
tertibnya laku diri dari segala hak dan kewajibannya.
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap
Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469)
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki
disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai
kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.
Referensi:
Restitution: Restructuring School Discipline, Diane Chelsom Gossen, 2001, New
View Publications, North Canada
Ki Hajar Dewantara;Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,2013,
UST-Press bekerjasama dengan Majelis Luhur Tamansiswa
Bapak dan Ibu calon guru penggerak,
Indah sekali bukan pemikiran-pemikiran tentang konsep disiplin di atas. Mari kita
bayangkan alangkah indahnya ketika tercipta masyarakat yang bisa saling
belajar, yang saling merasa terikat dan terhubungkan satu sama lain; karena
masyarakat seperti itu akan mengambil tanggung jawab untuk pembelajarannya,
senantiasa selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Itulah tujuan
dari disiplin diri.

3 Motivasi Perilaku Manusia
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline,
menyatakan ada 3 alasan motivasi perilaku manusia:
1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya
orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau
ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila
saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang
menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan
berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak
terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan
tindakan tersebut.
2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku
untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya
dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah
tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut
mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas
mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan
hadiah, pengakuan, atau imbalan.
3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri
dengan nilai-nilai yang mereka percaya
Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang
seperti apa bila saya melakukannya?. Mereka melakukan sesuatu
karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka
melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan
nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan
membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi
berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.

Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada muridmurid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri
sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki
motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka
panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau
hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan
karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka
hargai.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara kita sebagai guru untuk
menanamkan disiplin positif yang positif ini kepada murid-murid kita? 

Comments

Popular posts from this blog

Posisi Kontrol

Ayo belajar bersama dalam program Guru Belajar dan Berbagi seri Asesmen Kompetensi Minimum

VISI : MEMBENTUK KEPEMIMPINAN SISWA PROFIL PELAJAR PANCASILA MERDEKA BELAJAR

Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan

model manajemen perubahan Inkuiri Apresiatif

KBM IPS KELAS VII SMP

OFFROAD

KEMAKMURAN SEBUAH UTOPIS ATAUKAH KENYATAAN