2. Budaya Positif

 



Membangun Budaya positif terdiri dari beberapa bagian yaitu 









 2.1. Perubahan Paradigma -Stimulus Respon lawan Teori Kontrol


Di bawah ini adalah paparan Dr. William Glasser dalam Control Theory, untuk
meluruskan berapa miskonsepsi tentang kontrol:

• Ilusi guru mengontrol murid.
Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu
jikalau murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. 

• Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.
Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala
usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku
tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut.

• Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat
menguatkan karakter.
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju
pada identitas gagal. 

• Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.
Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung
jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu.


Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada
pendekatan teori Kontrol? Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership,
1991) mengatakan bahwa,

“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap
atau perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita,
maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda
melihat dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia, ubahlah
paradigma Anda, skema pemahaman dan penjelasan aspek-aspek tertentu
tentang realitas”.


Stimulus-Respon lawan Teori Kontrol:

 Pandangan tentang Dunia


1. Stimulus-Respon tentang Dunia 

2. Teori Kontrol tentang Dunia


1. Realitas (kebutuhan) kita sama.
2. Realitas (kebutuhan) kita berbeda.

1.Semua orang melihat hal yang sama. 
2. Setiap orang memiliki gambaran berbeda.

1. Kita mencoba mengubah orang agar berpandangan sama dengan kita.
2. Kita berusaha memahami pandangan orang lain tentang dunia.

1. Perilaku buruk dilihat sebagai suatu kesalahan
2. Semua perilaku memiliki tujuan.

1. Orang lain bisa mengontrol saya. 
2. Hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda.

1. Saya bisa mengontrol orang lain. 
2. Anda tidak bisa mengontrol orang lain.

1. Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal.
2. Kolaborasi dan konsensus menciptakan pilihan-pilihan baru.

1. Model Berpikir Menang
2. Kalah Model Berpikir Menang-menang.




 2.2. Arti Disiplin dan 3 Motivasi Perilaku Manusia

Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa

dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat.
Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang
mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab
jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa
lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di
dalam suasana yang merdeka.

(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap
Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)

definisi kata ‘merdeka’ menurut Ki Hajar adalah:

mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat
kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya
terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri
sendiri)

Pemikiran Ki Hajar ini sejalan dengan pandangan Diane Gossen dalam
bukunya Restructuring School Discipline, 2001. Diane menyatakan bahwa arti
dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’.
Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’
atau murid/pengikut.
 



Dalam hal ini Ki Hajar menyatakan;

“...pertanggungjawaban atau verantwoordelijkheld itulah selalu
menjadi sisihannya hak atau kewajiban dari seseorang yang pegang
kekuasaan atau pimpinan dalam umumnya. Adapun artinya tidak
lain ialah orang tadi harus mempertanggungjawabkan dirinya serta
tertibnya laku diri dari segala hak dan kewajibannya.

(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap
Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469)

Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki
disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai
kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.

3 Motivasi Perilaku Manusia
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline,
menyatakan ada 3 alasan motivasi perilaku manusia:

1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman


2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.

3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri

dengan nilai-nilai yang mereka percaya



 
2.3. Keyakinan Kelas, Hukuman dan Penghargaan 

fie Kohn (Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference, Maret 1995) mengemukakan baik penghargaan maupun hukuman, adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya. Menurut Kohn, secara ideal tindakan belajar itu sendiri adalah penghargaan sesungguhnya.

Nilai-nilai keselamatan atau kesehatan inilah yang kita sebut sebagai suatu

‘keyakinan’, 

yaitu nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati
bersama secara universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa
maupun agama. Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi
seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih
tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya
sekedar mengikuti serangkaian peraturan.

Pembentukan Keyakinan Kelas:
• Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci
dan konkrit.
• Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
• Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
• Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat
dan dipahami oleh semua warga kelas.
• Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan
tersebut.
• Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan
keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
• Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.


 2.4. Lima (5) Kebutuhan Dasar Manusia 

 5 Kebutuhan Dasar Manusia menurut Dr. William Glasser dalam “Choice Theory”.

Kebutuhan Bertahan Hidup

Kebutuhan bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis
untuk bertahan hidup misalnya kesehatan, rumah, dan makanan. Seks
sebagai bagian dari proses reproduksi termasuk kebutuhan untuk tetap
bertahan hidup. Komponen psikologis pada kebutuhan ini meliputi kebutuhan
akan perasaan aman. Anak-anak yang memiliki kebutuhan dasar cinta dan kasih sayang yang tinggi


biasanya ingin disukai dan diterima oleh lingkungannya. Mereka juga akrab

dengan orang tu

anya. Biasanya mereka belajar karena suka pada gurunya.

Bag

Cinta dan kasih sayang (Kebutuhan untuk Diterima)

Kebutuhan ini dan tiga kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan psikologis.
Kebutuhan untuk mencintai dan memiliki meliputi kebutuhan akan hubungan
dan koneksi sosial, kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang dan
kebutuhan untuk merasa menjadi bagian dari suatu kelompok. Kebutuhan ini
juga meliputi keinginan untuk tetap terhubung dengan orang lain, seperti
teman, keluarga, pasangan hidup, teman kerja, binatang peliharaan, dan
kelompok dimana kita tergabung.


Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan)

Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan untuk mencapai sesuatu,
menjadi kompeten, menjadi terampil, diakui atas prestasi dan keterampilan
kita, didengarkan dan memiliki rasa harga diri. Kebutuhan ini meliputi
keinginan untuk dianggap berharga, bisa membuat perbedaan, bisa
membuat pencapaian, kompeten, diakui, dihormati. Ini meliputi self esteem,
dan keinginan untuk meninggalkan pengaruh.

Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)

Kebutuhan untuk bebas adalah kebutuhan akan kemandirian, otonomi,
memiliki pilihan dan mampu mengendalikan arah hidup seseorang. Anakanak dengan kebutuhan kebebasan yang tinggi menginginkan pilihan,


Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)

Kebutuhan akan kesenangan adalah kebutuhan untuk mencari
kesenangan, bermain, dan tertawa.


Setelah belajar tentang 3 Motivasi Perilaku Manusia dan 5 Kebutuhan Dasar
Manusia untuk memahami alasan-alasan yang mendasari tindakan manusia, mari
kita belajar 1 konsep lagi yaitu tentang Dunia Berkualitas dengan membaca
deskripsi di bawah ini:

Dunia Berkualitas
Dunia Berkualitas Anda adalah tempat khusus dalam pikiran Anda,
tempat Anda menyimpan gambaran representasi dari semua yang Anda
inginkan: bisa berisi orang-orang, hal-hal dan apa saja yang terbaik
dalam hidup Anda dan membuat Anda merasa bahagia dan terpenuhi
kebutuhan dasar Anda. Dr. William Glasser menyebutnya seperti
semacam, album foto sehingga isinya tidak akan terlalu banyak, hanya
akan terdiri dari beberapa hal saja yang sangat signifikan dan benarbenar terbaik dalam hidup Anda yang membuat hidup Anda menjadi lebih bermakna. Kebutuhan dasar itu bersifat lebih umum dan universal, sedangkan dunia berkualitas lebih unik dan personal.
Orang, tempat, benda, nilai-nilai, dan kepercayaan yang penting bagi Anda akan termasuk di sana. 




2.5. Lima (5) Posisi Kontrol

model disiplin yang berpusat pada murid, yang dikembangkan oleh Diane Gossen dengan pendekatan Restitusi, yang disebut dengan 5 Posisi Kontrol. Lima Posisi Kontrol: Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas kita selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat memerdekakan dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian riset dan bersandar pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah


Penghukum: 

Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata: “Patuhi aturan saya, atau awas!” “Kamu selalu saja salah!” “Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai” Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia. 


Pembuat Orang Merasa Bersalah: 

pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat orang merasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti: “Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu” “Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?” “Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?” Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya. 

Teman: 

Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata: “Ayo bantulah, demi bapak ya?” “Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?” “Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”. Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha, Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan 
bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut. 

Monitor/Pemantau: 

Memonitor berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau: “Peraturannya apa?” “Apa yang telah kamu lakukan?” “Sanksi atau konsekuensinya apa?” Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker, slip catatan, daftar cek. Posisi monitor sendiri berawal dari teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol murid. 

Manajer:

 Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi mentor di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. 


 2.6 - Segitiga Restitusi




Diane Gossen dalam bukunya Restitution; Restructuring School Discipline, 2001 telah merancang sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi, bernama segitiga restitusi/restitution triangle. Proses ini meliputi tiga tahap dan setiap tahapnya berdasarkan pada prinsip penting dari Teori Kontrol,

 yaitu Langkah Teori Kontrol 
1 Menstabilkan Identitas Stabilize the Identity Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan 
2 Validasi Tindakan yang Salah Validate the Misbehaviour Semua perilaku memiliki alasan
3 Menanyakan Keyakinan Seek the Belief Kita semua memiliki motivasi internal

 Ketiga strategi tersebut direpresentasikan dalam 3 sisi segitiga restitusi.

 Langkah-langkah itu tidak harus dilakukan satu persatu. Banyak guru yang sudah menggunakannya dalam berbagai versi menurut gaya mereka masing-masing bahkan tanpa mengetahui tentang teori restitusi.

 Sisi 1

Menstabilkan Identitas/Stabilize the identity

Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. 

Sisi 2: 

Validasi Tindakan yang Salah/ Validate the Misbehavior 


Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 

 Sisi Ketiga: 

Menanyakan Keyakinan/Seek the Belief 


Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. 




Comments

Post a Comment

KRITIK DAN SARAN PENGEMBANGAN SITUS...

Popular posts from this blog

Posisi Kontrol

PELAJAR PANCASILA

VISI : MEMBENTUK KEPEMIMPINAN SISWA PROFIL PELAJAR PANCASILA MERDEKA BELAJAR

PENGGUNAAN MODUL1 KEMENDIKBUD DALAM PJJ 2 KELAS VIII

3.3.a.10. Aksi Nyata - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

Ayo belajar bersama dalam program Guru Belajar dan Berbagi seri Asesmen Kompetensi Minimum

3.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

pemimpin pengelolaan sumber daya