Eksplorasi Konsep - Nilai-nilai Kebajikan Universal

 

Pengantar

Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)

Sekolah adalah 'institusi moral' yang dirancang untuk membentuk karakter para warganya. Seorang pemimpin di sekolah tersebut akan menghadapi situasi di mana mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara Etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. 

Dalam pengambilan suatu keputusan, seringkali kita bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika. Etika di sini tidak berkaitan dengan preferensi pribadi seseorang, namun merupakan sesuatu yang berlaku secara universal. Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti.  Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi. 


Di bawah ini ada beberapa contoh nilai-nilai kebajikan universal yang telah disepakati beberapa institusi:

1. IBO Primary Years Program (PYP)

Sikap Murid:

  • Toleransi
  • Rasa Hormat
  • Integritas
  • Mandiri
  • Menghargai
  • Antusias
  • Empati
  • Keingintahuan
  • Kreativitas
  • Kerja sama
  • Percaya Diri
  • Komitmen

2. Sembilan Pilar Karakter Indonesian Heritage Foundation (IHF):

  • Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNYA
  • Kemandirian dan Tanggung jawab
  • Kejujuran (Amanah), Diplomatis
  • Hormat dan Santun
  • Dermawan, Suka Menolong dan Gotong Royong
  • Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja Keras
  • Kepemimpinan dan Keadilan
  • Baik dan Rendah Hati
  • Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan

3. Petunjuk Seumur Hidup dan Keterampilan Hidup (LIfelong Guidelines and Life Skills)

Keterampilan Hidup

  • Dapat dipercaya
  • Lurus Hati
  • Pendengar yang Aktif
  • Tidak Merendahkan Orang Lain
  • Memberikan yang Terbaik dari Diri

Petunjuk Hidup

  • Peduli
  • Penalaran
  • Bekerja sama
  • Keberanian
  • Keingintahuan
  • Usaha
  • Keluwesan/Fleksibilitas
  • Berorganisasi
  • Kesabaran
  • Keteguhan hati
  • Kehormatan
  • Memiliki Rasa humor
  • Berinisiatif
  • Integritas
  • Pemecahan Masalah
  • Sumber pengetahuan
  • Tanggung jawab
  • Persahabatan

4. The Seven Essential Virtues (dari Building Moral Intelligence, Michele Borba):

  • Empati
  • Suara Hati
  • Kontrol Diri
  • Rasa Hormat
  • Kebaikan
  • Toleransi
  • Keadilan
Empat Paradigma Dilema Etika Dari pengalaman kita bekerja kita pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini: 

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community) 
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) 


Secara lebih rinci, berikut adalah penjelasan dari keempat paradigma tersebut: 

Individu lawan masyarakat (individual vs community) Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar. “Individu” di dalam paradigma ini tidak selalu berarti “satu orang”. Ini juga dapat berarti kelompok kecil dalam hubungannya dengan kelompok yang lebih besar. Seperti juga “kelompok” dalam paradigma ini dapat berarti kelompok yang lebih besar lagi. Itu dapat berarti kelompok masyarakat kota yang sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah, sebuah kelompok keluarga, atau keluarga Anda. Dilema individu melawan masyarakat adalah bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar. Guru kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok. 

Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain. Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan) Misalnya ada peraturan di rumah Anda harus ada di rumah pada saat makan malam. Misalnya suatu hari Anda pulang ke rumah terlambat karena seorang teman membutuhkan bantuan Anda. Ini dapat menunjukkan dilema keadilan lawan rasa kasihan, terhadap orang tua Anda. Apakah ada konsekuensi dari melanggar peraturan tentang pulang ke rumah tepat waktu untuk makan malam, atau haruskah orang tua Anda membuat pengecualian? 

Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya. Pada jaman perang, tentara yang tertangkap kadang harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya kepada pihak musuh atau tetap setia kepada teman tentara yang lain. Hampir dari kita semua pernah mengalami harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau melindungi teman (saudara) yang dalam masalah. Ini adalah salah satu contoh dari pilihan atas kebenaran melawan kesetiaan.

 Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan seharihari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dll. Orang tua kadang harus membuat pilihan ini. Contohnya: Mereka harus memilih antara seberapa banyak uang untuk digunakan sekarang dan seberapa banyak untuk ditabung nanti. Pernahkah Anda harus memilih antara bersenang-senang atau melatih instrumen musik atau berolahraga? Bila iya, Anda telah membuat pilihan antara jangka pendek melawan jangka panjang

Video Dilema 1
1. pak tono 2. kebenaran karir masa depan kebenaran merawat orang tua yang sakit benar wawancara karena karir masa depan tapi bener juga meninggalkan wawancara karena mengurus orang tua. 3. dilema individu lawan komunity 4 dapat, paradigma dilema etika dalam pengambilan keputusan


Video dilema 2
1. Yang menghadapi dilema adalah Bu Hani. 2 dua kebenaran, benar jika dia mewajibkan Made tetap membayar denda, dan benar pula jika Bu Hani membuat pengecualian, karena keadaan Made yang tidak mampu. 3. Paradigma dilema etika yang terjadi adalah Rasa Keadilan lawan rasa kasihan. Pada situasi yang dihadapi Bu Hani, hanya berlaku satu paradigma dilema etika, yaitu Rasa Keadilan lawan Rasa Kasihan. 4.bisa. jangka panjang jangka pendek

Video Dilema 3
1. Yang menghadapi dilema adalah Pak Budi. 2. Dua kebenaran yang ada: Ada Pak Budi harus jujur dan memberi tahu Kepala Sekolah tentang pemberian les privat yang diberikan oleh Pak Bambang karena peraturan sekolah melarang hal tersebut. Tapi benar juga jika Pak Budi tidak menceritakan yang sebenarnya kepada Kepala Sekolah karena kondisi Pak Bambang yang sedang dialami sahabatnya itu. 3. Paradigma yang terjadi adalah dilema kebenaran lawan kesetiaan . 4. bisa. keadilan lawan kasian


Video dilema 4
1. Yang menghadapi dilema adalah tiga anak laki. 2. Dua kebenaran yang ada benar jika ketiga anak laki-laki itu bermain bola karena menikmati cuaca cerah dengan kegiatan berolah raga. Tapi juga adalah benar jika ketiga anak laki-laki itu memilih melakukan bekerja sama dalam penggalan dana agar dapat melaksanakan karya wisata. 3 Paradigma yang berlaku adalah dilema jangka pendek lawan jangka panjang 4. tidak.


Tigas Prinsip Pengambilan Keputusan

Tujuan Pembelajaran: 

CGP sebagai pemimpin pembelajaran dapat memahami dan memilih 1 dari 3 prinsip dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika.


Pertanyaan Pemantik:

Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral.
(Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43). 
  

Dari kutipan di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia.  Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. 

Silakan Anda membaca 3 (tiga) pernyataan di bawah ini: 

  1. Melakukan, demi kebaikan orang banyak.
  2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Anda.
  3. Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda. 

Selama ini pada saat mengambil keputusan, landasan pemikiran Anda memiliki kecenderungan pada prinsip nomor 1, 2, atau 3? Silakan tanpa berpikir panjang, Anda langsung menuliskan jawaban Anda di secarik kertas.

Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Perlu diingat bahwa setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. 



Comments

Popular posts from this blog

Posisi Kontrol

PELAJAR PANCASILA

VISI : MEMBENTUK KEPEMIMPINAN SISWA PROFIL PELAJAR PANCASILA MERDEKA BELAJAR

PENGGUNAAN MODUL1 KEMENDIKBUD DALAM PJJ 2 KELAS VIII

3.3.a.10. Aksi Nyata - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

Ayo belajar bersama dalam program Guru Belajar dan Berbagi seri Asesmen Kompetensi Minimum

3.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

pemimpin pengelolaan sumber daya